Selasa, 21 Agustus 2012

Alkemi

Alkemi, berasal dari kata Yunani kuno khemia, memiliki arti 'seni mengubah metal', adalah ilmu yang bertujuan untuk mengubah metal dasar menjadi emas, menginvestigasi preparasi dari 'ramuan umur panjang', dan mendapatkan kebijaksanaan tertinggi. Kata Alkemi juga berasal dari Bahasa Arab al-kimiya atau al-khimiya (الكيمياء atau الخيمياء), yang mungkin dibentuk dari partikel al- dan kata Bahasa Yunani khumeia (χυμεία) yang berarti "mencetak bersama", "menuangkan bersama", "melebur", "aloy", dan lain-lain (dari khumatos, "yang dituangkan, batang logam").
            Alkemi sering dihubungkan dengan ilmu pengetahuan ajaib, yang merubah komposisi kimia menjadi benda lain. Sebenarnya alkemi itu memang pernah ada, tetapi aslinya sebelum ilmu kiamia sekarang ditemukan, hal-hal yang berbau perubahan kimiawi tidak diteliti oleh para ilmuan tetapi para filosofi. Hasilnya, karena para filosof ini menggunakan observasi yang sederhana, hasil yang ditemukannya pun banyak yang melenceng dari kebenaran.  
Sekitar abad ke-7 M muncul penemu-penemu arab yang menamakan dirinya alkemis yang berhasil melakukan banyak keberhasilan mengubah materi secara kimiawi dan ilmunya juga mirip dengan kimia sekarang. Hal ini luar biasa mengingat mereka hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak sama sekali pegangan teori.
Pada abad ke-8M, Jabir Ibnu Hayyan memulai pencarian philosophers’ stone dengan membagi elemen alam ke dalam 4 sifat, yaitu panas, dingin, kering, basah
Api = panas, dingin
Tanah = dingin, kering
Air = dingin, basah
Udara = panas basah
Lebih lanjut, Jabir mengajukan teori bahwa setiap logam yang ada di bumi adalah kombinasi keempat elemen alam tersebut, hanya komposisinya saja yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dimungkinkan untuk merubah suatu logam ke logam yang lain dengan cara mengatur komposisis tersebut, seperti menambahkan sifat panas dan sifat kering dengan cara menambahkan elemen api.
Oleh karena itu, jika kita ingin merubah sebuah logam menjadi logam yang lain, kita harus mempunyai unsur perantara yang dalam bahasa arab disebut Al-Iksr. Jabir sendiri dipercaya sebagai penemu aqua regia, yang merupakan campuran dari HCl dan HNO3 yang kini masih digunakan untuk pelarut emas.
Pada abad ke-11 m, terjadi debat diantara alkemis muslim tentang kebenaran teori perubahan unsur seperti yang dikatakan Jabir. Penentang yang paling keras adalah Ibnu Sina yang meragukan kebenaran teori tersebut. Menurutnya perubahan itu hanya bisa bisa terjadi pada penampilan unsur-unsur tersebut, tetapi tidak akan bisa merubah komposisi dari unsur itu sendiri.
Ketika arab menaklukan spanyol, ilmu alkemi pun menyebar ke Eropa, disinilah orang-orang Eropa mulai menyelewengkan ilmu alkemi. Alih-alih membuat proses kimia yang wajar dan berguna, mereka sibuk mencari cara mengubah logam biasa menjadi perak atau emas dengan perubahan materi alkemi.
Para alkemis Eropa itu kemudian memusatkan perhatiannya mencari “philosophers’ stone”. Philosophers’ stone atau lapis philosophorum adala sebuah unsur kimia legendaris yang dipercaya bisa mengubah logam biasa menjadi emas. Unsur ini juga dipercaya mampu membuat seseorang kembali muda atau bahkan mencapai hidup abadi. Sejak dahulu, unsure inilah yang dicari-cari oleh ahli alkemi Eropa seperti Isaac Newton, Nicolas Famel, dan Frater Albertus. Philosophers’ stone adalah simbol dari puncak kesempurnaan ilmu alkemi yang penuh dengan mistis.
Pada abad ke-13M, seorang ilmuwan sekaligus filsuf Eropa, Albertus Magnus telah berhasil menemukan philosophers’ stone lewat teori perubahan unsurb seperti yang dikatakan jabir, dan ia menyerahkan keoada muridnya, Thomas Aquinas, tepat sebelum kematiannya di tahun 1280
Alkemis asal Swiss yang hidup di abad ke-16 M, Philipus Paracelsus, percaya betul akan keberadaan alkahest atau universal solvent, sebuah zat yang diyakini bisa melarutkan segala jenis logam. Menurutnya, alkahest inilah philosophers’ stone yang sebenarnya.
Sir Thomas Browne mengatakan dalam pseudodoxia epidemica bahwa, philosophers’ stone tidak mustahil untuk diciptakan. Lebih lanjut pada abad ke-17 M, terbit sebuah buku yang berisi 15 gambar dan bertajuk mutus liber. Di dalamnya terdapat instruksi praktis tentang cara membuat sebuah philosophers’ stone secara simbolik.
Alhasil, dengan penelitian berabad-abad pun, mereka tidak satu pun menemukan cara mengubah logam menjadi berharga ataupun hidup abadi.
Paus John XXII menentang keras praktek alkemi, serta melarang para orang-orang untuk menjadi alkemis. Di tahun 1403, Henry IV England juga melarang praktek alkemi. Di akhir abad 14, Piers Ploughman dan Chaucer sama-sama melukis sosok para alkemis sebagai para pencuri dan penipu. Kiranya larangan-larangan tersebut muncul akibat obsesi para alkemis yang membabi buta, sehingga menggunakan segala cara demi mencapai tujuan. Tercatat dalam sejarah terdapat alkemis yang mempraktekan ilmu alkemi dengan melibatkan ruh-ruh spiritual. Oleh karena itu, gereja-gereja Kristen di abad pertengahan menganggap praktek alkemi telah melenceng. Tapi tidak di semua tempat alkemi dibenci dan dilarang. Rudolf II, Holy Roman Emperor di akhir abad ke-16, mensponsori banyak alkemis untuk berpraktek di Prague. Para alkemis dipercaya memberikan banyak kontribusi pada industri kimia sampai saat ini. Sebut saja praktek testing tambang, preparasi ekstrak, liquid, dll. Pada kenyataannya, para alkemis menyumbangkan ilmu praktek distilasi di Eropa Barat.
sumber :
http://superider.blogspot.com/2011/04/alchemy-sebuah-ilusi-kekayaan-dan.html

2 komentar: