Alkemi, berasal dari kata Yunani kuno khemia,
memiliki arti 'seni mengubah metal', adalah ilmu yang bertujuan untuk mengubah
metal dasar menjadi emas, menginvestigasi preparasi dari 'ramuan umur panjang',
dan mendapatkan kebijaksanaan tertinggi. Kata Alkemi juga berasal dari Bahasa Arab al-kimiya atau al-khimiya
(الكيمياء atau الخيمياء), yang mungkin dibentuk dari partikel al- dan
kata Bahasa Yunani khumeia (χυμεία) yang berarti "mencetak
bersama", "menuangkan bersama", "melebur",
"aloy", dan lain-lain (dari khumatos, "yang dituangkan,
batang logam").
Alkemi
sering dihubungkan dengan ilmu pengetahuan ajaib, yang merubah komposisi kimia
menjadi benda lain. Sebenarnya alkemi itu memang pernah ada, tetapi aslinya
sebelum ilmu kiamia sekarang ditemukan, hal-hal yang berbau perubahan kimiawi
tidak diteliti oleh para ilmuan tetapi para filosofi. Hasilnya, karena para
filosof ini menggunakan observasi yang sederhana, hasil yang ditemukannya pun
banyak yang melenceng dari kebenaran.
Sekitar abad ke-7 M muncul penemu-penemu
arab yang menamakan dirinya alkemis yang berhasil melakukan banyak keberhasilan
mengubah materi secara kimiawi dan ilmunya juga mirip dengan kimia sekarang.
Hal ini luar biasa mengingat mereka hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak
sama sekali pegangan teori.
Pada abad ke-8M, Jabir Ibnu Hayyan memulai pencarian philosophers’ stone dengan
membagi elemen alam ke dalam 4 sifat, yaitu panas, dingin, kering, basah
Api
= panas, dingin
Tanah
= dingin, kering
Air
= dingin, basah
Udara
= panas basah
Lebih lanjut, Jabir mengajukan teori
bahwa setiap logam yang ada di bumi adalah kombinasi keempat elemen alam
tersebut, hanya komposisinya saja yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
dimungkinkan untuk merubah suatu logam ke logam yang lain dengan cara mengatur
komposisis tersebut, seperti menambahkan sifat panas dan sifat kering dengan
cara menambahkan elemen api.
Oleh karena itu, jika kita ingin merubah
sebuah logam menjadi logam yang lain, kita harus mempunyai unsur perantara yang
dalam bahasa arab disebut Al-Iksr.
Jabir sendiri dipercaya sebagai penemu aqua regia, yang merupakan campuran dari
HCl dan HNO3 yang kini masih digunakan untuk pelarut emas.
Pada abad ke-11 m, terjadi debat
diantara alkemis muslim tentang kebenaran teori perubahan unsur seperti yang
dikatakan Jabir. Penentang yang paling keras adalah Ibnu Sina yang meragukan kebenaran teori tersebut. Menurutnya
perubahan itu hanya bisa bisa terjadi pada penampilan unsur-unsur tersebut,
tetapi tidak akan bisa merubah komposisi dari unsur itu sendiri.
Ketika arab menaklukan spanyol, ilmu
alkemi pun menyebar ke Eropa, disinilah orang-orang Eropa mulai menyelewengkan
ilmu alkemi. Alih-alih membuat proses kimia yang wajar dan berguna, mereka
sibuk mencari cara mengubah logam biasa menjadi perak atau emas dengan
perubahan materi alkemi.
Para alkemis Eropa itu kemudian
memusatkan perhatiannya mencari “philosophers’
stone”. Philosophers’ stone atau lapis philosophorum adala sebuah unsur
kimia legendaris yang dipercaya bisa mengubah logam biasa menjadi emas. Unsur
ini juga dipercaya mampu membuat seseorang kembali muda atau bahkan mencapai
hidup abadi. Sejak dahulu, unsure inilah yang dicari-cari oleh ahli alkemi
Eropa seperti Isaac Newton, Nicolas Famel, dan Frater Albertus. Philosophers’ stone adalah simbol dari puncak
kesempurnaan ilmu alkemi yang penuh dengan mistis.
Pada abad ke-13M, seorang ilmuwan
sekaligus filsuf Eropa, Albertus Magnus
telah berhasil menemukan philosophers’ stone lewat teori perubahan unsurb
seperti yang dikatakan jabir, dan ia menyerahkan keoada muridnya, Thomas Aquinas, tepat sebelum
kematiannya di tahun 1280
Alkemis asal Swiss yang hidup di abad
ke-16 M, Philipus Paracelsus,
percaya betul akan keberadaan alkahest
atau universal solvent, sebuah zat yang diyakini bisa melarutkan segala jenis
logam. Menurutnya, alkahest inilah philosophers’
stone yang sebenarnya.
Sir Thomas Browne mengatakan
dalam pseudodoxia epidemica bahwa, philosophers’
stone tidak mustahil untuk diciptakan. Lebih lanjut pada abad ke-17 M, terbit
sebuah buku yang berisi 15 gambar dan bertajuk mutus liber. Di dalamnya
terdapat instruksi praktis tentang cara membuat sebuah philosophers’ stone secara
simbolik.
Alhasil, dengan penelitian berabad-abad
pun, mereka tidak satu pun menemukan cara mengubah logam menjadi berharga
ataupun hidup abadi.
Paus John XXII menentang keras praktek alkemi,
serta melarang para orang-orang untuk menjadi alkemis. Di tahun 1403, Henry IV
England juga melarang praktek alkemi. Di akhir abad 14, Piers Ploughman dan
Chaucer sama-sama melukis sosok para alkemis sebagai para pencuri dan penipu.
Kiranya larangan-larangan tersebut muncul akibat obsesi para alkemis yang
membabi buta, sehingga menggunakan segala cara demi mencapai tujuan. Tercatat
dalam sejarah terdapat alkemis yang mempraktekan ilmu alkemi dengan melibatkan
ruh-ruh spiritual. Oleh karena itu, gereja-gereja Kristen di abad pertengahan
menganggap praktek alkemi telah melenceng. Tapi tidak di semua tempat alkemi dibenci
dan dilarang. Rudolf II, Holy Roman Emperor di akhir abad ke-16, mensponsori
banyak alkemis untuk berpraktek di Prague. Para alkemis dipercaya memberikan
banyak kontribusi pada industri kimia sampai saat ini. Sebut saja praktek
testing tambang, preparasi ekstrak, liquid, dll. Pada kenyataannya, para alkemis
menyumbangkan ilmu praktek distilasi di Eropa Barat.
sumber :
http://superider.blogspot.com/2011/04/alchemy-sebuah-ilusi-kekayaan-dan.html
Pos yg menarik..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus