Jumat, 24 Agustus 2012

Halal itu Cantik

     Cantik itu relatif. Semua wanita di dunia ini cantik. Tak ada yang bisa menyangghanya. Hanya tinggal kita saja yang membuat diri kita cantik dan berbeda dari orang lain. Bagaimana sih cara mempercantik diri ini ? cantik itu dilihat dari luar dan dalam seorang wanita. Untuk mempercantik diri, kita bisa memulai dari luar, misalnya wajah dengan menggunakan kosmetik "yang baik" bagi kita. Yang baik ? bukannya semua kosmetik baik bagi kita ? Eits, jangan salah dulu “yang baik” itu belum tentu "halal" bagi kita para wanita muslim. Bagi kita wanita muslim, halal itu wajib loh (selain solat). Akhir-akhir ini ada salah satu kosmetik yang menggembor-gemborkan mengenai istilah “halal”.  

     Dengan kosmetik yang halal, selain mempercantik bagian luar kita juga sekaligus mempercantik bagian dalam. Jadi, tunggu apalagi ayo kita pakai kosmetik yang halal, agar cantik diluar dan didalam. kosmetik, cantik halal

Selasa, 21 Agustus 2012

Alkemi

Alkemi, berasal dari kata Yunani kuno khemia, memiliki arti 'seni mengubah metal', adalah ilmu yang bertujuan untuk mengubah metal dasar menjadi emas, menginvestigasi preparasi dari 'ramuan umur panjang', dan mendapatkan kebijaksanaan tertinggi. Kata Alkemi juga berasal dari Bahasa Arab al-kimiya atau al-khimiya (الكيمياء atau الخيمياء), yang mungkin dibentuk dari partikel al- dan kata Bahasa Yunani khumeia (χυμεία) yang berarti "mencetak bersama", "menuangkan bersama", "melebur", "aloy", dan lain-lain (dari khumatos, "yang dituangkan, batang logam").
            Alkemi sering dihubungkan dengan ilmu pengetahuan ajaib, yang merubah komposisi kimia menjadi benda lain. Sebenarnya alkemi itu memang pernah ada, tetapi aslinya sebelum ilmu kiamia sekarang ditemukan, hal-hal yang berbau perubahan kimiawi tidak diteliti oleh para ilmuan tetapi para filosofi. Hasilnya, karena para filosof ini menggunakan observasi yang sederhana, hasil yang ditemukannya pun banyak yang melenceng dari kebenaran.  
Sekitar abad ke-7 M muncul penemu-penemu arab yang menamakan dirinya alkemis yang berhasil melakukan banyak keberhasilan mengubah materi secara kimiawi dan ilmunya juga mirip dengan kimia sekarang. Hal ini luar biasa mengingat mereka hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak sama sekali pegangan teori.
Pada abad ke-8M, Jabir Ibnu Hayyan memulai pencarian philosophers’ stone dengan membagi elemen alam ke dalam 4 sifat, yaitu panas, dingin, kering, basah
Api = panas, dingin
Tanah = dingin, kering
Air = dingin, basah
Udara = panas basah
Lebih lanjut, Jabir mengajukan teori bahwa setiap logam yang ada di bumi adalah kombinasi keempat elemen alam tersebut, hanya komposisinya saja yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dimungkinkan untuk merubah suatu logam ke logam yang lain dengan cara mengatur komposisis tersebut, seperti menambahkan sifat panas dan sifat kering dengan cara menambahkan elemen api.
Oleh karena itu, jika kita ingin merubah sebuah logam menjadi logam yang lain, kita harus mempunyai unsur perantara yang dalam bahasa arab disebut Al-Iksr. Jabir sendiri dipercaya sebagai penemu aqua regia, yang merupakan campuran dari HCl dan HNO3 yang kini masih digunakan untuk pelarut emas.
Pada abad ke-11 m, terjadi debat diantara alkemis muslim tentang kebenaran teori perubahan unsur seperti yang dikatakan Jabir. Penentang yang paling keras adalah Ibnu Sina yang meragukan kebenaran teori tersebut. Menurutnya perubahan itu hanya bisa bisa terjadi pada penampilan unsur-unsur tersebut, tetapi tidak akan bisa merubah komposisi dari unsur itu sendiri.
Ketika arab menaklukan spanyol, ilmu alkemi pun menyebar ke Eropa, disinilah orang-orang Eropa mulai menyelewengkan ilmu alkemi. Alih-alih membuat proses kimia yang wajar dan berguna, mereka sibuk mencari cara mengubah logam biasa menjadi perak atau emas dengan perubahan materi alkemi.
Para alkemis Eropa itu kemudian memusatkan perhatiannya mencari “philosophers’ stone”. Philosophers’ stone atau lapis philosophorum adala sebuah unsur kimia legendaris yang dipercaya bisa mengubah logam biasa menjadi emas. Unsur ini juga dipercaya mampu membuat seseorang kembali muda atau bahkan mencapai hidup abadi. Sejak dahulu, unsure inilah yang dicari-cari oleh ahli alkemi Eropa seperti Isaac Newton, Nicolas Famel, dan Frater Albertus. Philosophers’ stone adalah simbol dari puncak kesempurnaan ilmu alkemi yang penuh dengan mistis.
Pada abad ke-13M, seorang ilmuwan sekaligus filsuf Eropa, Albertus Magnus telah berhasil menemukan philosophers’ stone lewat teori perubahan unsurb seperti yang dikatakan jabir, dan ia menyerahkan keoada muridnya, Thomas Aquinas, tepat sebelum kematiannya di tahun 1280
Alkemis asal Swiss yang hidup di abad ke-16 M, Philipus Paracelsus, percaya betul akan keberadaan alkahest atau universal solvent, sebuah zat yang diyakini bisa melarutkan segala jenis logam. Menurutnya, alkahest inilah philosophers’ stone yang sebenarnya.
Sir Thomas Browne mengatakan dalam pseudodoxia epidemica bahwa, philosophers’ stone tidak mustahil untuk diciptakan. Lebih lanjut pada abad ke-17 M, terbit sebuah buku yang berisi 15 gambar dan bertajuk mutus liber. Di dalamnya terdapat instruksi praktis tentang cara membuat sebuah philosophers’ stone secara simbolik.
Alhasil, dengan penelitian berabad-abad pun, mereka tidak satu pun menemukan cara mengubah logam menjadi berharga ataupun hidup abadi.
Paus John XXII menentang keras praktek alkemi, serta melarang para orang-orang untuk menjadi alkemis. Di tahun 1403, Henry IV England juga melarang praktek alkemi. Di akhir abad 14, Piers Ploughman dan Chaucer sama-sama melukis sosok para alkemis sebagai para pencuri dan penipu. Kiranya larangan-larangan tersebut muncul akibat obsesi para alkemis yang membabi buta, sehingga menggunakan segala cara demi mencapai tujuan. Tercatat dalam sejarah terdapat alkemis yang mempraktekan ilmu alkemi dengan melibatkan ruh-ruh spiritual. Oleh karena itu, gereja-gereja Kristen di abad pertengahan menganggap praktek alkemi telah melenceng. Tapi tidak di semua tempat alkemi dibenci dan dilarang. Rudolf II, Holy Roman Emperor di akhir abad ke-16, mensponsori banyak alkemis untuk berpraktek di Prague. Para alkemis dipercaya memberikan banyak kontribusi pada industri kimia sampai saat ini. Sebut saja praktek testing tambang, preparasi ekstrak, liquid, dll. Pada kenyataannya, para alkemis menyumbangkan ilmu praktek distilasi di Eropa Barat.
sumber :
http://superider.blogspot.com/2011/04/alchemy-sebuah-ilusi-kekayaan-dan.html

Kata Mutiara


  • ·         Education is our passport to the future, for tomorrow belongs to the people who prepare for it today ...Malcolm X
  • ·         Orang yang pesimis selalu melihat kesulitan dalam setiap peluang. Sebaliknya orang yang optimis selalu melihat peluang dalam setiap kesulitan ...Winston Churchill
  • ·         Bila menghadapi kesuliatn selesaikanlah ketika masih dapat diatasi. Bila menghadapi hal yang kelihatannya mudah, janganlah meremehkannya, tapi lakukanlah tugas itu dengan sepenuh hati, untuk  menghindarkan resiko kegagalan ...Lao Tze
  • ·         I do not know what i may appear to the world: but tu myself i seem to have been only like a boy playing on the seashore ang diverting myself by now and then finding a smoother pebble or a prettier shell, whilst The Great Ocean of Truth lay all undiscovered before me ...Sir Isaac Newton
  • ·         Knowing others is intelligence: knowing your self is true wisdom. Mastering others is strength; mastering yourself is power ...Sun Tzu
  • ·         Mau tahu rahasia yang telah menuntunku ke keberhasilan ? keberhasilanku hanya terletak pada kegigihanku ...Louis Paster
  • ·         Considerate la vostra semenza : fatti non foste a viver come bruti, ma per seguir virtute e canoscenza. Pikirkanlah kelahiranmu : anda tak diciptakan untuk hidup sebagai seorang yang bodoh, melainkan untuk mengikuti kebaikan dan pengetahuan ...Dante Alighiera, penyair dunia

Senin, 20 Agustus 2012

Sejarah Penemuan Baterai





Baterai dan plat listrik telah dikenal di Iran kuno pada abad ke-3 sebelum masehi. Pada sebidang makam kuno di luar Bagdad (Khujut Rabula), beberapa arkeolog yang melakukan penggalian disana menemukan sebuah artifak yang diduga merupakan satu set baterai kimia yang usianya telah mencapai 2000 tahun lebih. Artifak aneh tersebut terdiri atas sebuah silinder tembaga, batang besi serta aspal yang disusun sedemikian rupa dalam sebuah jambangan kecil (tinggi 14 cm, diameter 8 cm) yang terbuat dari tanah liat .Setelah para ahli mereka ulang memang benar didapati bahwa artifak tersebut merupakan sebuah baterai elektrik kuno. Para peneliti berhasil memperoleh 1.5 voltmeter dari artifak batu baterai elektrik tersebut, yang bekerja tiada henti  selama 18 hari dengan cara memasukkan cairan asam kedalam jambangannya. Usia artifak baterai kuno ini diperkirakan berkisar 2.000 – 5.000 tahun.
Temuan ini tentunya dapat merubah pandangan manusia masa kini akan kemajuan teknologi yang telah dicapai oleh peradaban manusia masa lalu.Nampaknya,aktifitas elektrik telah dikenal oleh manusia pada masa-masa itu. Tidak hanya baterai Bagdad saja yang menarik perhatian para ilmuan maupun arkeolog di seluruh dunia,namun terdapat beberapa artifak serupa yang diduga juga sebagai peralatan elektrik masa silam,seperti Dendeera Lamps, Assyrian Seal, maupun The coffin of Henettawy. Sebenarnya Dendeera lamps ini merupakan sebuah relief disebuah temple di Mesir yang menggambarkan seorang Pharaoh sedang menggenggam sebuah benda mirip dengan bola lampu lengkap dengan penggambaran kabel beserta catu dayanya.
Pada tahun 1748, Benjamin Franklin pertama kali menggunakan kata “baterai” untuk menamakan muatan array plat gelas. Lalu, fisikawan Luigi Galvani mendemonstrasikan mengenai listrik yang dihasilkan dari tubuh binatang. Sekitar, tahun 1786, Galvani menemukan bahwa kaki katak yang dikaitkan dengan tembaga, bila menyentuh besi, kaki katak tersebut akan berdenyut, Galvani menyimpulkan bahwa daging katak mengandung listrik.
Alessandro Volta lah yang pertama kali merancang baterai sederhana. Nama lengkapnya Alessandro Giuseppe Antonio Anastasio Volta. Dia seorang lelaki berkebangsaan Italia. Pada tahun 1791, Volta mulai belajar mengenai istilah “listrik”. Volta merasa tertarik dengan listrik dikarenakan perkataan fisikawan Luigi Galvani menyatakan bahwa “listrik dihasilakan dari hewan” pada tahun 1786. Galvani mengatakan bahwa kaki katak yang dikaitkan dengan tembaga, bila menyentuh besi, kaki katak tersebut akan berdenyut, Galvani menyimpulkan bahwa daging katak mengandung listrik.
Setelah mendengar apa yang Galvani katakan, Volta menyadari bahwa kaki katak bertindak sebagai konduktor listrik dan sebagai detektor listrik. Dia mengganti kaki katak dengan kertas yang direndam di air garam dan mendeteksi aliran listrik dengan cara sel elektrokimia dan hukum gaya gerak listrik (ggl) dari sebuah sel galvanik yang terdiri dari sepasang elektroda logam yang dipisahkan oleh elektrolit, yang memiliki perbendaan potensial listrik diantara dua elektroda logam tersebut. Ini dapat disebut Hukum Volta tentang elektrokimia.
Pada tahun 1800, sebagai hasil dari perselisihan tanggapan dengan Galvani, Volta menciptakan tumpukan Volta, yaitu baterai listrik pertama kali, yang menghasilkan arus listrik stabil. Volta telah menentukan bahwa pasangan logam yang berbeda  yang paling efektif untuk mengasilkan listrik adalah seng dan perak. Awalnya dia bereksperimen dengan sel individu dalam seri, setiap sel dimasukkan kedalam piala anggur diisi dengan air garam dimana dua elektroda telah dicelupkan. Tumpukan volta menggantikan gelas dengan karton yang direndam dalam air garam. Dalam mengumumkan penemuan tumpukan, baterai yang dibuat oleh Volta dikreditkan sebagai sel elektrokimia pertama. Ini terdiri dari dua elektroda yaitu seng dan tembaga. Elektrolitnya adalah asam sulfat atau campuran air garam dan air. Elektrolit yang ada dalam bentuk 2H+ dan SO42-. Seng yang mudah teroksidasi dibanding tembaga, bereaksi dengan sulfat yang bermuatan negatif (SO42-). Ion-ion Hidrogen bermuatan positif menangkap elektron dari tembaga, membentuk gelembung gas Hidrogen, H2. Hal ini membuat elektroda batang seng negatif dan elektroda batang tembaga positif.
Namun, sel yang dibuat Volta memiliki beberapa kelemahan juga. Sel ini tidak aman karena menggunakan asam sulfat, bahkan jika asam sulfat encer sangat berbahaya. Selain itu, kekuatan sel berkurang seiring waktu karena gas Hidrogen tidak terbentuk lagi, terkumpul hanya pada elektroda seng, dan membentuk penghalang antara logam dan larutan elektrolit. Sel Volta ini secara luas digunakan disekolah-sekolah untuk menujukkan hukum-hukum listrik yang dikenal sebagai baterai lemon.
Ternyata baterai yang ditemukan volta tidak bisa digunakan untuk jangka waktu yang panjang, pada tahun 1836 muncullah John F. Daniell yang menciptakan sel Daniell yang menggunakan dua elektrolit yaitu : tembaga sulfat dan seng sulfat. Sel Daniel berlangsung lebih lama dari sel Volta. Baterai ini bisa memproduksi sekitar 1,1 volt, bisa digunakan untuk objek listrik seperti telegraf, telepon, dan bel pintu. Baterai ini bisa tetap populer di rumah-rumah untuk lebih dari 100 tahun.
Tahun 1866, Leclanche Karbon-Seng Seluler - insinyur Prancis, Georges Leclanche mematenkan sel baterai karbon atau seng basah disebut sel Leclanche. Menurut sejarah, baterai sel asli George Leclanche yang dikumpulkan dalam panci berpori Elektroda positif terdiri dari mangan dioksida dengan karbon yang dicampur lalu dimasukkan ke kutub negatif adalah batang seng katoda ini dikemas ke dalam panci. Batang karbon dimasukkan untuk bertindak sebagai pengumpul dari batang anoda atau seng dan panci tersebut kemudian direndam dalam larutan amonium klorida cair yang bertindak sebagai elektrolit, mudah merembes melalui cangkir berpori dan melakukan kontak dengan bahan katoda. Georges Leclanche kemudian lebih meningkatkan desainnya dengan menggantikan pasta amonium klorida untuk cairan elektrolit dan menemukan sebuah metode dari penyegelan baterai, menciptakan sel kering pertama, desain yang baik yang sekarang ada. 
baterai